Friday 28 November 2014

PSS Sleman

Perserikatan Sepak bola Sleman (biasa disingkat: PSS) merupakan sebuah tim sepak bola yang berbasis di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Tim yang didirikan pada 20 Mei 1976 ini merupakan salah satu tim sepak bola yang disegani di Indonesia dan memiliki julukan sebagai tim Super Elang Jawa atau Super Elja. Tim ini juga sering disebut dengan julukan Laskar Sembada. Mereka bermain di Divisi Utama dalam sebuah kompetisi sepak bola Indonesia, Liga Indonesia. Prestasi tertingginya dalam kompetisi kasta tertinggi Liga Indonesia adalah dua tahun berturut-turut menempati empat besar pada Divisi Utama Liga Indonesia 2003 dan Divisi Utama Liga Indonesia 2004. Stadion utama mereka adalah Stadion Maguwoharjo, dan menggunakan Stadion Tridadi sebagai stadion kedua. PSS juga memiliki supporter fanatik yakni Slemania dan Brigata Curva Sud (BCS X PSS 1976)

Sejarah

Perserikatan Sepak bola Sleman (PSS) lahir pada Kamis Kliwon tanggal 20 Mei 1976 semasa periode kepemimpinan Bupati Drs. KRT. Suyoto Projosuyoto. Lima tokoh yang membidani kelahiran PSS adalah H. Suryo Saryono, Sugiarto SY, Subardi, Sudarsono KH, dan Hartadi. PSS didirikan pada awalnya hanya mereka senang dengan sepak bola. Dengan sepak bola mereka yakin akan menambah teman, meningkatkan persaudaraan dan tentu saja dengan sendirinya meningkatkan persatuan dan kesatuan masyarakat Kabupaten Sleman. Lahirnya PSS dilatarbelakangi bahwa pada waktu itu di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) baru ada dua perserikatan yaitu PSIM Yogyakarta dan Persiba Bantul. Waktu berdirinya PSS hampir bersamaan dengan saat berdirinya Persikup Kulon Progo dan Persig Gunungkidul. Saat itu, selain di Kota Yogyakarta, potensi sepak bola di empat daerah kabupaten tidak terpantau dan kurang terkelola dengan baik. Padahal beberapa daerah di Kabupaten Sleman, seperti Prambanan, Sleman dan Kalasan, Sleman sejak dulu sudah memiliki tim sepak bola yang tangguh, yang ditandai dengan hadirnya beberapa tim luar daerah yang mengadakan pertandingan uji coba dengan tim di kawasan tersebut. Meskipun klub-klub sepak bola di Kabupaten Sleman telah ada dan tumbuh, tetapi belum terorganisasi dengan baik karena di Kabupaten Sleman belum ada perserikatan. Hal ini berdampak terhadap kelancaran klub-klub sepak bola di Kabupaten Sleman dalam mengadakan kompetisi sehingga banyak pemain dari Kabupaten Sleman yang bergabung ke klub-klub sepak bola di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.
Keinginan masyarakat yang kuat di Kabupaten Sleman untuk memiliki perserikatan klub sepak bola akhirnya mulai terwujud dengan adanya informasi yang disampaikan oleh Komda PSSI DIY pada waktu itu (Prof. Dr. Sardjono) yang menyatakan bahwa syarat untuk membentuk perserikatan sepak bola minimal harus ada lima klub. Di Kabupaten Sleman pada waktu itu sudah ada lima klub yaitu PS Mlati, AMS Seyegan, PSK Kalasan, Godean Putra dan PSKS Sleman. Akhirnya, tepat pada tanggal 20 Mei 1976, PSS dibentuk dengan Ketua Umum Gafar Anwar (seorang polisi).
Setelah Gafar Anwar meninggal, posisi Ketua Umum PSS digantikan Oleh Drs. Suyadi sampai dengan 1983. Periode 1983-1985, PSS dipimpin oleh Drs. R. Subardi Pd (Drs. KRT. Sosro Hadiningrat). Periode 1986-1989, PSS dipimpin oleh Letkol Infanteri Suhartono. Karena ada perubahan masa bakti/periodisasi dalam memimpin klub perserikatan yang dilakukan oleh PSSI menjadi empat tahunan maka di tengah perjalanan periode Letkol Infanteri Suhartono tepatnya tahun 1987, Letkol Infanteri Suhartono masih dipilih lagi sebagai Ketua Umum PSS untuk masa jabatan 1987-1991. Kemudian pada periode 1991-1995, PSS dipimpin oleh H. RM. Tirun Marwito, S.H. Mulai periode 1996-2000, PSS dipimpin langsung oleh bupati, pada waktu itu Drs. H. Arifin Ilyas. Selanjutnya tahun 2000-2004, PSS dipimpin oleh Bupati Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt. Jabatan Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt dalam memimpin PSS yang berarkhir pada tahun 2004 diperpanjang mulai 2005, banyak nama yang membesarkan PSS, di antaranya Sudarsono KH, H. Sukidi Cakrasuwignya, Suparlan, H. Subardi, S.H., Hendricus Mulyono, Drs. H. Arifin Ilyas, Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt dll.
Saat ini PSS memutuskan menggunakan nama Persatuan Sepak bola Sleman dalam profil timnya berkaitan dengan pajak sponsorship. Nama persatuan hanya dipakai dalam media massa dan komunikasi bisnis saja. Sedangkan nama perserikatan tetap dalam sejarah pendirian. Nama perserikatan tidak diperbolehkan dalam segmen bisnis modern dalam penerimaan sponsorship.
Untuk memenuhi aspek legal dalam mengikuti kompetisi profesional, maka mulai musim 2011/2012 dibentuklah PT. Putra Sleman Sembada (PT. PSS). PT. PSS didirikan dengan akta notaris no. 78 tanggal 26 April 2012 untuk menaungi PSS. Struktur PT. PSS terdiri dari satu Komisaris Utama, tiga Komisaris, satu Direktur Utama/CEO dan empat Direktur yakni Direktur Teknik, Direktur Pemasaran, Direktur Keuangan, dan Direktur Umum. Komisaris Utama dipegang oleh Bambang Sukmonohadi. Komisaris dipegang oleh Mujiman, H. Giyanto, H. Sudibyo. Jajaran direksi dipegang masing-masing Direktur Utama H. Suparjiono, Direktur Teknik Yoni Arseto, Direktur Pemasaran Soekeno, Direktur Keuangan Djaka Waluya, S.E., Direktur Umum Indriyanto Eko Saputro.
PSS beraksi pertama kalinya dalam sebuah turnamen yang digelar di Stadion Kridosono, Yogyakarta. Turnamen kecil dengan peserta dari empat kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta yang digunakan sebagai ajang seleksi tim Pra PON DIY pada tahun 1976 ini merupakan debut resmi PSS. Dari turnamen ini, akan diambil beberapa pemain yang kemudian akan dijadikan pemain tambahan bagi tim PSIM yang menjadi kekuatan tim inti Pra PON DIY saat itu. PSS berhasil mengalahkan Persig Gunung Kidul 1-0 pada tanggal 10 Agustus 1976, sebelum akhirnya kalah dari Persiba Bantul 0-2 dalam pertandingan final.
Tiga tahun pertama PSS baru mengadakan kegiatan yang lebih bersifat intern, misalnya mengadakan kompetisi antar klub anggota PSS. Kompetisi ini sebagai media publikasi PSS dan dalam rangka memasyarakatkan olah raga sepak bola di wilayah Kabupaten Sleman. Lambat laun jumlah klub yang menjadi anggota PSS semakin banyak. Tahun demi tahun berikutnya dilalui dengan peningkatan-peningkatan, dengan mengikuti pertandingan di tingkat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tiga tahun setelah PSS dibentuk, PSS memulai perjuangan dalam kompetisi Divisi II PSSI pada tahun 1979 dengan lawan tim-tim sepak bola yaitu Persiba Bantul, Persig Gunung Kidul, dan Persikup Kulonprogo untuk tim yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang pada waktu itu memiliki lima perserikatan. Dalam babak penyisihan tersebut PSS menjadi juara. Setelah lolos babak penyisihan PSS langsung masuk divisi IIA bersama dengan tim perserikatan-perserikatan sepak bola dari Provinsi Jawa Tengah yang lolos babak penyisihan seperti PSIR Rembang, Persijap Jepara, dan Persibat Batang (menjadi satu rayon) sehingga perserikatan manapun yang lolos di DIY harus bergabung dulu dengan Provinsi Jawa Tengah melakukan kompetisi dengan hasil PSS selalu gagal maju ke babak ketiga atau babak tingkat nasional.
Pelan namun pasti, PSS mencoba menapak kompetisi nasional melalui pemain-pemain yang dibina di kompetisi internal secara kontinyu. PSS, sadar atau tidak, sebenarnya telah membangun sebuah kultur sepak bolanya melalui kompetisi lokal yang rutin, disiplin dan bergairah. Berdiri tahun 1976, PSS termasuk perserikatan yang muda jika dibandingkan dengan PSIM Yogyakarta, Persis Solo, Persib Bandung, Persebaya Surabaya, PSM Makassar, PSMS Medan, Persija dan lainnya.
Namun, meski muda, PSS mampu membangun kompetisi sepak bola secara disiplin, rutin dan ketat sejak pertengahan tahun 1980-an. Kompetisi itu tak bernah terhenti sampai saat ini. Sebuah konsistensi yang luar biasa. Apalagi, kompetisi yang dijalankan melibatkan semua divisi, baik Divisi Utama, Divisi I maupun Divisi II. Bahkan, pernah PSS juga menggelar kompetisi Divisi IIA.
Maka, tak pelak lagi, PSS kemudian memiliki sebuah kultur sepak bola yang baik. Minimal, di Kabupaten Sleman telah terbangun sebuah tradisi sepak bola yang meluas dan mengakar dari segala kelas. Pada gilirannya, tak menutup kemungkinan jika suatu saat PSS mampu menyuguhkan permainan fenomenal dan khas.
Ini prestasi luar biasa bagi sebuah kota kecil yang berada di bawah bayang-bayang Yogyakarta ini. Di Kabupaten Sleman tak ada sponsor besar, atau perusahaan-perusahaan raksasa yang bisa dimanfaatkan donasinya untuk mengembangkan sepak bola. Kompetisi itu lebih berawal dari kecintaan sepak bola, tekad, hasrat, motivasi dan kemauan yang tinggi. Semangat seluruh unsur yaitu penonton, pemain, pelatih, pengurus dan pembina terlihat begitu tinggi.
PSS pernah dipuji oleh ketua umum PSSI, Kardono sebagai tim perserikatan yang memiliki kompetisi internal terbaik di Indonesia. Tak kurang 60 tim amatir secara rutin bertarung dalam tiga divisi dalam kompetisi PSS. Klub-klub asal Kabupaten Sleman pun merajai berbagai turnamen tarkam, dan PSS tak pernah kekurangan stok pemain.
Sejak tahun 1987, PSS mulai menargetkan agar dapat berlaga ke pentas sepak bola nasional dengan promosi ke Divisi Satu. Namun seringkali usaha PSS kandas saat mengikuti kompetisi penyisihan Divisi IIA zona Jateng DIY. Persijap Jepara, PSIR Rembang, dan Persiku Kudus, adalah lawan-lawan yang secara bergantian mengganjal langkah PSS agar dapat lolos ke Divisi II zona nasional. Keberhasilan PSIR Rembang dan Persiku Kudus promosi ke Divisi Satu, dan bahkan ke Divisi Utama Liga Indonesia saat Liga Indonesia mulai bergulir memuluskan langkah PSS untuk merajai Divisi IIA Jateng DIY bersama Persijap Jepara, dan berlaga di pentas Divisi II Nasional.
Namun, usaha PSS untuk promosi ke Divisi Satu Liga Indonesia pada Liga Indonesia 1994/1995 gagal di babak penyisihan sekalipun mereka berlaga di kandang sendiri. Pada waktu itu, PSS selalu mengikuti kompetisi Divisi II PSSI sejak tahun 1979 sampai kemudian baru Liga Indonesia tahun 1995/1996, PSS meraih juara kompetisi Divisi Dua Liga Indonesia untuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Setelah bertanding dengan tim-tim dari yang lolos penyisihan dari Provinsi Jawa Tengah, PSS berhasil lolos babak ketiga dan berhasil melangkah ke putaran final babak empat besar Divisi II yang diselenggarakan di Tangerang. Sayangnya PSS harus mengakui Persewangi Banyuwangi dalam babak semifinal melalui adu penalti. Persewangi Banyuwangi, dan Persikota Tangerang pun lolos otomatis ke Divisi Satu Liga Indonesia, sedangkan PSS bersama Persipal Palu harus beradu dengan dua tim Divisi Satu Liga Indonesia dalam babak play off.
Dalam babak play off yang diadakan di Stadion Tridadi pada tanggal 4-9 Juli 1996, PSS sempat berada di ujung tanduk setelah tim Persiss Sorong menyerah 1-7 dari Persipal Palu, dan membuat PSS harus mengalahkan pimpinan klasemen Aceh Putra untuk berebut satu tiket tersisa. Kalah atau imbang, PSS harus merelakan Aceh Putra, dan Persipal Palu untuk berlaga di Divisi Satu Liga Indonesia. Lewat pertarungan ketat, PSS berhasil mengalahkan Aceh Putra dan meraih tiket promosi dengan pelatih Suwarno.
Selama berada di Divisi II PSS tidak pernah mendapatkan sumber pendanaan dari Pemerintah Kabupaten Sleman. Tidak ada sponsor dari manapun, sumber pendanaan PSS pada waktu itu berasal dari kontribusi pribadi masyarakat Kabupaten Sleman yang gila bola. Rumah Sudarsono KH di Rogoyudan, Jalan Magelang berfungsi sebagai kantor PSS, di mana di tempat ini diadakan rapat dan berkumpulnya para pemain sepak bola menjelang dan sesudah pertandingan. Kemudian PSS mengikuti kompetisi Divisi Satu Liga Indonesia selama empat tahun mulai musim kompetisi 1996/1997 sampai musim kompetisi 1999/2000.
Aksi debutan PSS di Divisi Satu Liga Indonesia 1996/1997 cukup mencengangkan. Tim yang mengandalkan materi pemain hasil binaan sendiri tersebut berhasil lolos dari Grup Tengah III, mendampingi Persikabo Bogor ke babak sepuluh besar. Dalam babak sepuluh besar Grup A yang digelar di Stadion Mandala Krida, PSS harus puas di peringkat tiga dan gagal ke semifinal. Tahun 2000 adalah tahun berakhirnya masa jabatan Bupati Drs. H. Arifin Ilyas dan sebagai bupati ingin meninggalkan kesan yang terbaik, sehingga termotivasi kuat untuk mengantarkan PSS masuk Divisi Utama Liga Indonesia. Akhirnya, pada kompetisi tahun 1999/2000, dalam situasi krisis moneter PSS berhasil promosi ke Divisi Utama Liga Indonesia setelah PSS bersama-sama dengan Persita, Persikabo dan Persijap melakukan pertandingan empat besar di Stadion Tangerang dan PSS menjadi Juara II Kompetisi Divisi Satu Liga Indonesia, yang ditandai dengan kecemerlangan performa M. Eksan yang keluar sebagai top skor dengan 11 gol. Pertandingan empat besar tersebut berlangsung pada 26-30 Mei 2000. Dan sebagai Manager PSS adalah H. Sukidi Cakrasuwignya dengan pelatih Drs. Bambang Nurdjoko dan Drs. Herwin Sjahruddin.
Perjalanan PSS yang membanggakan itu bukan hal yang mudah. Meski lambat, perjalanan itu terlihat mantap dan meyakinkan. Sebelumnya, pada kompetisi tahun 1990-an, PSS masih berada di Divisi II. Tapi, secara perlahan PSS bergerak dengan mantap. Pada kompetisi tahun 1995/1996, tim ini berhasil masuk Divisi Satu Liga Indonesia, setelah melewati perjuangan berat di kompetisi-kompetisi sebelumnya. Dengan kata lain, PSS mengorbit di Divisi Utama Liga Indonesia bukan karena karbitan. Ia melewatinya dengan proses panjang.
Sempat dipandang sebelah mata, setelah bertanding di kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia, PSS bukanlah pendatang baru yang mudah dijadikan bulan-bulanan oleh tim-tim elit. Padahal, di Divisi Utama Liga Indonesia, PSS tetap menyertakan pemain produk kompetisi lokalnya. Mereka adalah M. Eksan, Slamet Riyadi, M. Ansori, Fajar Listiyantoro dan M. Muslih. Bahkan, M. Eksan, Slamet Riyadi dan M. Ansori merupakan pemain berpengaruh dalam tim.
Pada penampilan perdananya, PSS langsung mengagetkan insan sepak bola Indonesia. Di luar dugaan, PSS menundukkan tim elit bergelimang uang, Pelita Solo 2-1.
Bahkan, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwana X sendiri yang saat itu berada di Brunei Darussalam dalam rangka promosi wisata juga kaget. Kepada Bupati Kabupaten Sleman Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt yang mengikutinya, Sri Sultan Hamengkubuwana X mengatakan, "Ing atase cah Sleman sing ireng-ireng biso ngalahke Pelita." Artinya, anak-anak Kabupaten Sleman yang hitam-hitam itu (analog orang desa) kok bisa mengalahkan tim elit Pelita Solo.
Saat itu, Drs. H. Ibnu Subiyanto, Akt menjawab, "Biar hitam nggak apa-apa tho pak, karena bupatinya juga hitam." Ini sebuah gambaran betapa prestasi PSS memang mengagetkan. Bahkan, gubernur sendiri kaget oleh prestasi anak-anaknya. Akan lebih mengagetkan lagi, jika Sri Sultan Hamengkubuwana X tahu proses pertandingan itu. Sebelum menang, PSS sempat ketinggalan 0-1 lebih dulu. Hasil ini menunjukkan betapa permainan PSS memiliki kemampuan dan semangat tinggi, sehingga tak minder oleh tim elit dan tak putus asa hanya karena ketinggalan. Berikutnya, tim cukup tua Gelora Dewata menjadi korbannya. Bahkan, di klasemen sementara, PSS sempat bertengger di urutan pertama.
Ketika tampil di kandang lawan, Malang United dan Barito Putra, PSS juga tak bermain cengeng. Bahkan, meski akhirnya kalah, PSS membuat tuan rumah selalu was-was. Sehingga, kekalahan itu tetap menjadi catatan mengesankan. Maka, tak heran debut PSS itu kemudian menjadi perhatian banyak orang. Hanya dalam sekejap, PSS sudah menjadi tim yang ditakuti, meski tanpa bintang.
Pembinaan sepak bola ala PSS ini akan lebih tahan banting. Sebab itu, terlalu berlebihan jika menilai PSS bakal numpang lewat di Divisi Utama Liga Indonesia. PSS dapat bertahan menghadapi persaingan keras Divisi Utama Liga Indonesia. Tim berjuluk Elang Jawa ini berhasil lolos dari jurang degradasi pada saat saat terakhir kompetisi.
Meski belum optimal, PSS akhirnya menuai hasil dari tradisi sepak bola mereka. Setidaknya, PSS sudah melahirkan pemain nasional Seto Nurdiantoro. Sebuah prestasi langka bagi Daerah Istimewa Yogyakarta. Terakhir, pemain nasional dari Daerah Istimewa Yogyakarta adalah kiper Siswadi Gancis. Itupun ia menjadi cadangan Hermansyah. Dengan memiliki tradisi sepak bola yang mantap dan mapan, tak menutup kemungkinan jika PSS akan memiliki kualitas sepak bola yang tinggi. Prestasi terbaik PSS diraih saat Divisi Utama Liga Indonesia digelar dengan sistem satu wilayah pada tahun 2003, dan 2004, finish dengan dua kali menempati posisi ke-4 secara berturut-turut. Sayangnya, melambungnya prestasi PSS juga ditandai dengan memudarnya semangat pembinaan, dan terbengkalainya kompetisi internal di Kabupaten Sleman. Problema antara tuntutan prestasi dan pembinaan menjadi tantangan terbesar bagi PSS agar keberadaannya mampu mencerminkan kualitas kompetisi sepak bola di Kabupaten Sleman.
Pada Divisi Utama Liga Indonesia 2011–12 (LPIS), PSS mulai mencoba bangkit dari keterpurukan. Meskipun hanya bermaterikan pemain-pemain muda, PSS mampu kembali bersaing dengan para kompetitor lainnya dan menjadi tim yang layak diperhitungkan. Musim berikutnya pada Liga Indonesia 2013, PSS membentuk tim yang kuat dengan persiapan yang matang. PSS pun berhasil lolos ke semifinal setelah dalam babak penyisihan tampil sebagai juara grup. Setelah penantian selama 13 tahun, PSS akhirnya kembali masuk final. Dalam babak semifinal, PSS menang dengan skor meyakinkan 3-0 atas Persitara pada 7 November 2013 di Stadion Maguwoharjo yang ditunjuk sebagai tuan rumah. Di final yang digelar pada 10 November 2013 bertepatan dengan Hari Pahlawan ini PSS berhadapan dengan Lampung FC yang sebelumnya mengalahkan Persenga Nganjuk dua gol tanpa balas. Partai puncak pun berlangsung ketat, laga ini harus berakhir imbang 1-1 dalam waktu normal setelah Lampung FC berhasil mencuri gol untuk menyamakan kedudukan. Lewat drama perpanjangan waktu, PSS akhirnya mampu menundukkan Lampung FC dengan skor 2-1. Dengan kemenangan tersebut PSS berhasil meraih gelar juara untuk pertama kalinya pada kompetisi profesional setelah 37 tahun berdiri. Sejak kiprahnya di Divisi Utama Liga Indonesia, PSS telah mengantarkan Seto Nurdiantoro, Anton Hermawan, Mauly Lessy, Anang Hadi, Fachrudin Aryanto, dan Juan Revi untuk mengenakan kostum Tim nasional sepak bola Indonesia.


KUMPULAN FOTO BRIGATA CURVA SUD









Brigata Curva Sud, Suporter PSS Sleman Yang Mendunia


Meski PSS Sleman saat ini kiprahnya hnaya berada di level kedua kompetisi sepak bola Indonesia, namun nama klub ini mendunia setelah aksi salah satu ordo suporter yang bernama Brigata Curva Sud (BCS) masuk sebuah situs bernama Ultras-Tifo.net.
Ultras Tifo adalah sebuah situs yang membahas aksi jaringan suporter sedunia, mereka terutama melihat aksi suporter dari kreativitasnya. Mereka merekam aksi para suporter di seluruh dunia baik melalui foto maupun video dan juga berita. Dan rupanya, aksi BCS saat mendukung PSS Sleman musim lalu di Divisi Utama LPIS 2013, dimasukkan ke dalam nominasi 25 aksi TIFO Terbaik di Dunia 2013.
Berikut ulasan mereka mengenai Brigata Curva Sud
“Not many people know about scene in Indonesia, but local supporters in last few years there are doing very good job. Good example is Brigate Curva Sud (PSS Sleman) with this match. They start with throwing streamers followed by a huge pyro show around the whole stadium. Later very advanced card display (see video in article) and before final whistle they have one more big pyro show!”
Yuuk dukung mereka dengan vote di link berikut …. VOTE!
NOMINASI AKSI SUPORTER TERBAIK 2013
1. Aris (vs PAOK) 2. Luzern (vs YB) 3. Ferencvaros (vs Ujpest) 4. Nacional (Toluca) 5. Borussia Dortmund (vs Malaga) 6. Crvena Zvezda (vs Spartak) 7. PSS Sleman (vs Persibangga) 8. Nürnberg (vs Greuther Fürth) 9. Dynamo Dresden (vs Energie Cottbus) 10. Legia Warszawa (vs Slask) 11. Eintracht Frankfurt (vs Wolfsburg) 12. Wisla Krakow (vs Ruch Chorzow) 13. Hammarby (vs Angelholms) 14. Djurgården IF (vs Osters IF) 15. Fortuna Dusseldorf (vs VfL Bochum) 16. Legia Warszawa (vs Steaua) 17. Hajduk Split (vs Dinamo Zagreb) 18. Crvena Zvezda (vs Donji Srem) 19. VfB Stuttgart (vs Eintracht Frankfurt) 20. Widzew Lodz (vs Lechia) 21. Rapid Wien (vs Sturm Graz) 22. Panathinaikos (vs Olympiakos) 23. Hannover 96 (vs Eintracht B.) 24. Basel (vs FC Thun) 25. Eintracht Frankfurt (vs Bordeaux)
sumber gambar : bcspss.com


Mengenal Brigata Curva Sud Lebih Dalam

13918357901411920083 Setelah pertandingan PSS Sleman vs Timnas U19 waktu lalu ada beberapa pertanyaan, siapa supporter yang bernyanyi dengan sangat keras pada laga itu?. Ya mereka adalah supporter ultras nya PSS Sleman, Brigata Curva Sud (BCS). Inilah perjalanan BCS supporter yang kini mulai jadi pusat perhatian di Indonesia karena kreatifitasnya.
1391835854891505313
sumber gambar : bcspss.com
13918358911369752248
sumber gambar : bcspss.com
BCS tak bisa dipungkiri adalah nafas baru yang membuat detak jantung PSS Sleman kembali berdenyut. PSS kala itu dilanda krisis financial yang membuat tim kebanggaan Sleman ini mulai meredup dan hampir padam. BCS datang bukan langsung menjadi seperti sekarang ini. Dimulai dari massa yang kecil namun mempunyai mimpi yang besar. Diremehkan? ya pada awal kebanyakan mungkin orang akan tertawa melihat supporter tribun selatan yang hanya secuil bernyanyi untuk tim yang sedang “bangkrut”. Namun mereka tetap “Ora Muntir!” (tidak takut) karena sebuah mimpi mereka membangun PSS Sleman. Karena memang unik dan mempunyai ide ide kreatif yang segar mereka mulai mendapat hati dari berbagai masyarakat. Ada yang dari asli Sleman ada pula Mahasiswa perantauan yang bergabung dalam BCS. Ide baju hitam lengkap dengan bandana dan bersepatu adalah atribut mereka. Bernyanyi lantang dan tidak menyanyikan lagu lagu berbahasa kasar dan mengintimidasi lawan atau supporter lain bahkan wasit, hanya fokus bernyanyi untuk PSS Sleman. Dan cita cita mereka adalah memberi dukungan financial bagi PSS yang kala itu dimulai dari berjualan kaos secara orang ke orang.
13918359341188004987
sumber gambar : bcspss.com
13918359601073553404
sumber gambar : bcspss.com
13918359952054620201
sumber gambar : bcspss.com
Seiring berjalanya waktu jumlah mereka semakin bertambah, namun tantangan tidak berhenti disitu. Mereka malah pernah tidak diijinkan masuk oleh panpel dengan alasan tribun yang mereka tempati digunakan supporter tamu. Mereka adalah “Curva Sud” (tribun selatan) dengan ideologi itu mereka tidak menempati tribun lain karena memang menghormati penonton yang lain. Akhirnya mereka bernyanyi di halaman stadion tetap keras dan lantang dan bersemangat hingga peluit akhir dibunyikan, Luar biasa!
13918360771612902607
sumber gambar : bcspss.com
1391836103624721004
sumber gambar : bcspss.com
13918361311465478055
sumber gambar : bcspss.com
Akhirnya mereka mulai diakui dan ternyata mereka membuktikan pengakuan keberadaan BCS ini lebih dari ekspetasi. Bukan hanya dukungan dilapangan, mereka membangun unit usaha untuk PSS Sleman, dari mulai distro CSS Shop, CS Mart, CS Pegadaian (untuk membantu anggota yang kesulitan dana saat away) dan CS Magazine. Aksi distadion juga luar biasa salah satunya adalah koreo yang sudah menjadi ciri mereka. Tak salah jika hanya di fanpage PSS Sleman yang bertanya “tadi koreonya apa lik?”.  Ini yang membuat Maguwo dari yang sepi penonton hingga kini yang sesak penuh penonton. Keluarga  pun menjadi nyaman datang ke stadion karena memang edukasi kedewasaan yang baik dari mereka mempengaruhi suasana di stadion. Chants tidak ada yang berbahasa kasar membuat anak anak pun nyaman menghapalkan lagu lagu BCS. Bahkan chants mereka menjadi edukasi yang baik karena berbahasa Italy, Inggris dan Indonesia membuat orang mau belajar bahasa. Kenapa tidak ada bahasa jawa? itu sudah milik Slemania, sehingga saat kita di stadion kita disuguhkan suasana eropa di tanah jawa sungguh sangat mengasikan.
1391836587136627964
sumber gambar : bcspss.com
13918366111953040194
sumber gambar : bcspss.com
1391836672797957350
sumber gambar : bcspss.com
BCS Sendiri juga beranggotakan kaum wanita yang cukup banyak yang tergabung dalam Ladies Curva Sud. Bukan hanya itu beberapa anggota mereka adalah bule yang mengeyam pendidikan di Yogyakarta. Uniknya mereka adalah kelompok besar yang tidak memiliki ketua. Why? karena itulah hebatnya mereka “No leader just together” kebersamaan adalah semangat dari BCS. Itulah yang menjadi edukasi setiap anggota BCS untuk menjaga attitude nya. Tak heran jika di stadion BCS hanya satu banner besar saja yang terpasang seperti apa yang anda lihat dilayar kaca “Brigata Curva Sud x PSS Sleman Vinci Per Noi” (Brigata Curva Sud for PSS Sleman menanglah untuk kami).
139183645061316387
sumber gambar : bcspss.com
1391836480767822555
sumber gambar : bcspss.com
13918365051890702573
sumber gambar : bcspss.com
Mungkin masih banyak cerita yang ada namun sedikit pengenalan ini semoga bermanfaat untuk supporter lain di Indonesia. Saya pernah mengatakan kepada mereka “Kalian supporter terbaik di Indonesia!” namun mereka menjawab “Belum mas kami masih belajar dan akan terus belajar, masih banyak yang akan kami kerjakan untuk PSS Sleman”. Merinding saya mendengar jawaban seperti ini dari mereka, tetap rendah hati layaknya orang jawa. Supporter yang mulai dikenal didunia namun masih ingin belajar dan belajar.
13918367081105827865
sumber gambar : bcspss.com
Salut saya dengan BCS dan saya mewakili teman teman kompasiana Sleman mengucapkan “Sugeng tanggap warso (selamat ulang tahun) untuk Brigata Curva Sud yang ke 3″ Makin kompak dan kreatif semoga koreo 3D nya segera terealisasi, terimakasih telah memberi warna yang luar biasa untuk sepak bola Indonesia
13918367431632327552